Friday, April 12, 2013

hearing problems and coclear

Anatomi Telinga

Pemahaman mengenai anatomi telinga dengan baik terlebih dahulu, akan sangat membantu memahami masalah gangguan pendengaran. Telinga memiliki tiga bagian: telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
  Anatomy of the Ear

Telinga Luar
  • Daun telinga – mengumpulkan dan menyalurkan bunyi ke liang telinga
  • Liang telinga (saluran telinga luar) – mengarahkan bunyi ke telinga

Telinga Tengah
  • Gendang telinga (membran timpani) – mengubah bunyi menjadi getaran
  • Tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus dan stapes) – rangkaian ketiga tulang kecil ini (osikula)  menghantar getaran ke telinga dalam

Telinga Dalam
  • Telinga dalam (koklea/rumah siput) – berisi cairan dan sel "rambut" yang sangat peka. Struktur yang berupa rambut halus ini bergetar ketika dirangsang oleh getaran bunyi
  • Sistem vestibular – berisi sel yang mengendalikan keseimbangan
  • Saraf auditori – menghubungkan koklea/rumah siput ke otak
cara kerja pendengaran
  1. Bunyi masuk ke liang telinga dan menyebabkan gendang telinga bergetar.
  2. Gendang telinga bergetar oleh bunyi.
  3. Getaran bunyi bergerak melalui osikula ke rumah siput.
  4. Getaran bunyi menyebabkan cairan di dalam rumah siput bergetar.
  5. Getaran cairan menyebabkan sel rambut melengkung. Sel rambut menciptakan sinyal saraf yang kemudian ditangkap oleh saraf auditori. Sel rambut pada salah satu ujung rumah siput mengirim informasi bunyi nada rendah dan sel rambut pada ujung lain mengirim informasi bunyi nada tinggi.
  6. Saraf auditori mengirim sinyal ke otak di mana sinyal ditafsirkan sebagai bunyi.
tipe ganguan pendengaran

Tipe-tipe Gangguan Pendengaran

Gangguan Pendengaran Konduktif

Setiap masalah di telinga luar atau tengah yang mencegah terhantarnya bunyi dengan tepat dinamakan gangguan pendengaran konduktif. Gangguan pendengaran konduktif biasanya pada tingkat ringan atau menengah, pada rentang 25 hingga 65 desibel.

Dalam beberapa kejadian, gangguan pendengaran konduktif bersifat sementara. Pengobatan atau bedah dapat membantu tergantung pada penyebab khusus masalah pendengaran tersebut.  Gangguan pendengaran konduktif juga dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah.

Gangguan Pendengaran Sensorineural

Gangguan pendengaran sensorineural disebabkan oleh hilangnya atau rusaknya sel saraf (sel rambut) dalam rumah siput dan biasanya bersifat permanen. Gangguan pendengaran sensorineural, yang disebut juga “tuli saraf”, dapat ringan, menengah, berat atau parah.

Gangguan pendengaran ringan hingga berat sering dapat diatasi dengan alat bantu dengar atau implan telinga tengah. Sedangkan implan rumah siput seringkali merupakan solusi atas gangguan pendengaran berat atau parah.

Sebagian orang menderita gangguan pendengaran sensorineural hanya pada frekuensi tinggi, juga dikenal dengan sebutan tuli sebagian. Dalam hal ini, yang rusak hanya sel rambut pada ujung rumah siput. Pada bagian dalam rumah siput, apeks, sel rambut yang berfungsi untuk memproses nada rendah masih utuh. Stimulasi akustik dan elektrik gabungan, atau EAS, telah dikembangkan khusus untuk menangani kejadian seperti ini.

Gangguan Pendengaran Campuran

Gangguan pendengaran campuran merupakan gabungan dari gangguan pendengaran sensorineural dan konduktif. Gangguan ini disebabkan oleh masalah baik pada telinga dalam maupun telinga luar atau telinga tengah. Opsi penanganan mencakup pengobatan, bedah, alat bantu dengar atau implan pendengaran telinga tengah .

Gangguan Pendengaran Saraf


Masalah yang disebabkan oleh tidak adanya atau rusaknya saraf pendengaran dapat mengakibatkan gangguan pendengaran saraf. Gangguan pendengaran saraf biasanya parah dan permanen.

Alat bantu dengar dan implan rumah siput tidak dapat mengatasi hal ini karena saraf tidak dapat meneruskan informasi bunyi ke otak.

Dalam banyak kejadian, Implan Batang Otak Auditory (ABI) dapat menjadi pilihan pengobatan.
 yang harus anda tau

Apakah Anak Saya
Kandidat Pengguna?

Audiologis atau ahli pendengaran Anda akan membantu Anda menentukan apakah anak Anda Kandidat Pengguna Implan Rumah Siput. Langkah berikutnya adalah menghubungi klinik THT yang memiliki program Implan Rumah Siput. Tim spesialis Implan Rumah Siput lokal akan membantu Anda untuk menentukan kemungkinan jalan keluar terbaik. Berikut adalah beberapa pedoman umum yang digunakan untuk menentukan pencalonan implantasi rumah siput.

Anak Anda mungkin menjadi Kandidat Pengguna Implan Rumah Siput jika:
  • Mengalami kehilangan pendengaran sensorineural sangat berat pada kedua telinga.
  • Mendapat sedikit atau tidak sama sekali manfaat dari alat bantu dengar.
  • Tidak memiliki kontraindikasi terhadap pembedahan.
  • Memiliki akses terhadap pendidikan dan tindak lanjut rehabilitasi yang sesuai.
  • Memiliki akses terhadap lingkungan yang mendukung keberhasilan pembelajaran dan rehabilitasi dengan implan pendengaran.
     
Tidak semua anak yang mengalami gangguan pendengaran serius dapat menjadi calon untuk implantasi rumah siput. Berikut beberapa alasan umum mengapa implantasi rumah siput bukan pilihan terbaik:
  • Jika anak Anda mendapatkan manfaat yang signifikan dari alat bantu dengar, alat tersebut mungkin merupakan solusi yang lebih baik.
  • Jika gangguan pendengaran anak Anda berasal dari sumber selain telinga dalam, solusi lain seperti implan telinga tengah mungkin lebih efektif.
  • Untuk mendapatkan manfaat terbaik dari Implan Rumah Siput, anak-anak harus mendapat dukungan penuh dari keluarga mereka dan berpartisipasi dalam program rehabilitasi. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa anak Anda mendapatkan pengalaman mendengar terbaik dengan menggunakan implan. Jika suatu keluarga tidak berkomitmen untuk berpartisipasi dalam program rehabilitasi, pilihan alternatif selain Implan Rumah Siput dapat dipertimbangkan.
2.

Menerima Implan Rumah Siput

Informasi Umum mengenai Apa yang Diharapkan

Penilaian
Untuk menentukan kandidat pengguna implan rumah siput, anak Anda akan menjalani sejumlah test rutin sebelum implantasi. Test ini memungkinkan tim implan rumah siput memeriksa faktor lain atau keperluan tambahan. Penilaian juga akan memungkinkan para ahli memberi penjelasan yang memadai kepada orang tua untuk membantu mereka mengetahui apa yang diharapkan. Penilaian ini seringkali mencakup evaluasi medis, audiologi (pendengaran) dan radiologi (sinar-X).

Pembedahan
Prosedur pembedahan biasanya berlangsung antara satu hingga tiga jam dan dilakukan dengan pembiusan umum. Resiko yang mungkin timbul dari pembedahan implan rumah siput adalah kecil dan sebanding dengan pembedahan telinga lainnya. Pendengaran pasien biasanya "aktif" pada hari berikutnya. Rawat inap bervariasi dari satu hingga beberapa hari tergantung pada kebutuhan individu anak Anda dan kebiasaan di tempat Anda.

Fitting Pertama
Sekitar empat minggu setelah implantasi, anak Anda akan menerima prosesor audio. prosesor audio ini diprogram, atau “disesuaikan”, untuk tiap anak oleh seorang audiologis atau ahli lainnya. Program ini terdiri dari pengaturan tinggi nada, kekerasan dan ketepatan waktu. Pengaturan program yang ideal bagi anak Anda untuk pertama kalinya seringkali membutuhkan sesi penyesuaian berulang untuk mendapatkan pengaturan yang tepat secara bertahap.

Program Tindak Lanjut
Walaupun implan rumah siput memberikan peluang luar biasa bagi anak-anak penderita gangguan pendengaran, awalnya bunyi dapat membingungkan dan tidak nyaman. Pelatihan komunikasi rutin bersama ahli wicara-percakapan menjadi elemen penting dalam belajar memahami bunyi dan mengembangkan kemampuan mendengar dan berbicara.

Untuk anak yang masih sangat muda, terapi audiotori mungkin melibatkan kegiatan terapi yang diarahkan orang tua terlebih dahulu untuk membantu anak Anda mendeteksi dan mengenali bunyi. Untuk anak yang lebih dewasa, terapi audiotori mungkin terfokus pada membantu anak untuk mengenali cara baru yang lebih mendetail bahwa benda mengeluarkan bunyi tidak terbatas pada bunyi yang mereka dengar melalui alat bantu dengar.

Jika Anda ingin dirujuk langsung ke pusat implan rumah siput atau ingin mendapatkan informasi lebih jauh mengenai sistem implan rumah siput 

Menuju Keberhasilan

Mendapatkan Yang Terbaik dari
Implan Rumah Siput Anak Anda

Implan Rumah Siput merupakan suatu "alat" teknis bagi pendengaran anak Anda. Keberhasilan menggunakan alat ini tergantung pada banyak faktor. Usia implantasi hanya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi manfaat yang akan diperoleh anak Anda dari implan rumah siput. Lingkungan yang kaya akan komunikasi, pemrograman prosesor audio yang efektif, motivasi, rehabilitasi dan harapan realistis juga merupakan faktor penting yang berperan bagi keberhasilan anak.1 Berikut beberapa saran untuk membantu Anda dan anak Anda mendapatkan yang terbaik dari implan rumah siput.

Anda harus berbicara dengan anak Anda sebagaimana Anda berbicara dengan anak yang memiliki pendengaran normal, walaupun ia mungkin tidak mengerti sepenuhnya apa yang Anda katakan. Berbicara dengan anak Anda merupakan cara terbaik untuk mendorong perkembangan bahasa lisan. Ekspresi wajah dan bahasa tubuh menekankan arti kata akan membantu anak Anda memahami Anda lebih baik. Terapi audiotori terstruktur melengkapi apa yang Anda ajarkan di rumah. Untuk anak yang masih sangat muda, terapi audiotori mungkin melibatkan kegiatan terapi yang diarahkan orang tua terlebih dahulu untuk membantu anak Anda mendeteksi dan mengenali bunyi dalam suasana terapi. Dengan pengalaman tersebut, anak Anda akan cepat belajar menerapkan keterampilan mendengar dengan cara baru ini di dunia nyata di luar suasana terapi.

Penelitian menunjukkan bahwa memakai prosesor audio dalam jangka waktu lama sepanjang hari secara positif mempengaruhi kinerja anak dengan implan mereka.2 Anak yang menggunakan implan rumah siput seringkali dapat mengakuisisi keterampilan bahasa dan audiotori secara tidak sengaja sama dengan yang dipelajari anak-anak yang sedang berkembang pada umumnya. Ini artinya bahwa walaupun Anda atau guru anak Anda tidak hadir di sisi mereka menjelaskan sesuatu, anak dapat belajar hanya dengan cara mendengar dan bermain. Karenanya, penggunaan implan rumah siput secara maksimal akan membawa kepada hasil yang lebih baik. Di sisi lain, dengan tidak menggunakan prosesor audio dalam jangka panjang dapat menyebabkan otak anak Anda membutuhkan waktu untuk menyesuaikan kembali bunyi yang masuk dari implan rumah siput. Hal ini dapat menghambat perkembangan pendengaran anak Anda. Penggunaan yang konsisten, sepanjang waktu dalam sehari akan memberi hasil yang berbeda.

Belajar bahasa hanyalah salah satu tujuan implantasi rumah siput. Tujuan tambahan lainnya termasuk membuat percakapan anak Anda dapat dimengerti oleh orang yang tidak mengenal anak Anda. Prosesor audio yang diprogram dengan baik dan dikenakan di luar waktu tidur dipadukan dengan rehabilitasi yang sesuai akan membantu anak Anda mencapai tujuan ini.

Ekpektasi Anda berperan penting dalam keberhasilan anak Anda menggunakan Impan Rumah Siput. Anak yang memakai implan pada usia dini biasanya mengalami kemajuan yang cepat dan stabil khususnya dengan terapi dan dukungan yang efektif. Pada banyak kasus, harapan agar anak Anda pada akhirnya memahami bahasa lisan dan mengembangkan kemampuan berbicara merupakan hal yang realistis dengan asumsi tidak ada masalah pembelajaran lain yang dialaminya.

Sebagian besar pengguna implan rumah siput juga mampu menggunakan telepon, beberapa di antaranya mempelajari bahasa kedua, dan banyak yang menikmati musik – tugas-tugas audiotori yang dinilai sangat kompleks. Anda harus membantu anak Anda mencapai potensi puncaknya. Karena setiap anak berbeda, tingkat keberhasilan akhir anak Anda tergantung pada sejumlah faktor yang tidak dapat diprediksi sebelum implantasi. Untuk alasan ini, memiliki ekspektasi yang realistis adalah hal yang penting. Ahli audiologi Anda dan ahli wicara-percakapan siap membantu Anda menentukan tujuan realistis setiap tahap perkembangan yang mungkin dijalani anak Anda.

MED-EL berkomitmen mendukung anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran dan orang tua mereka dengan berbagai informasi dan materi. Materi ini disusun khusus untuk kebutuhan anak-anak berbagai kelompok umur. Sebagian besar materi ini cocok untuk anak-anak yang menggunakan alat bantu dengar dan anak-anak yang menggunakan implan rumah siput.

Keuntungan
Implantasi Rumah Siput Dini

Anak Anda akan mendapatkan manfaat dari implan rumah siput tanpa memandang usianya. Namun, untuk anak yang telah mengalami ketulian sebelum belajar berbicara, keberhasilan akan lebih mudah dicapai jika mereka memakai implan pada usia dini.1 Anak-anak seperti ini menerima informasi audiotori saat otak mereka siap secara khusus untuk mempelajari bahasa. Pada banyak kasus, saat anak-anak yang mengalami gangguan pendengaran berat yang memakai implan sejak dini, pendengaran dan pembicaraan mereka dapat berkembang sama seperti anak-anak yang tidak mengalami gangguan pendengaran. Pada kasus seperti ini, bahasa lisan tampak muncul hampir secara alami.2,3

Bagi anak-anak yang pernah memiliki pengalaman mendengar dan mengalami gangguan pendengaran setelahnya, pola yang sama berlaku: semakin singkat periode ketuliannya, semakin besar  manfaat  yang didapat dari implan rumah siput.

Sekarang ini, anak-anak mulai memakai implan pada usia satu tahun pertama dalam hidup mereka. Ini merupakan hasil dari prosedur pembedahan yang telah dikembangkan.4 Selain itu, penelitian menunjukkan hasil yang lebih baik untuk anak-anak yang dipasangi implan pada usia yang sangat muda.5,6

Pilihan Penggunaan
untuk Semua Umur dan Kebutuhan

Dengan lima paket baterai yang dapat dipertukarkan, desain modular yang fleksibel ini memudahkan Anda mengubah-ubah OPUS 2 untuk memenuhi kebutuhan atau gaya hidup Anda.
Paket Baterai Standar
Paket Baterai Standar memiliki konfigurasi yang ramping dan ringan dengan desain sederhana berkontur yang terpasang sempurna di belakang telinga. Dengan berat hanya sekitar 12g termasuk baterai, opsi penggunaan ini cocok untuk penggunaan yang nyaman setiap hari.

Sistem Baterai Isi Ulang DaCapo
Sistem baterai isi ulang DaCapo yang baru membuat prosesor OPUS 2 menjadi lebih ringan! Sistem ini terdiri dari baterai isi ulang mutakhir, satu rangka baterai yang baru dan pengisi ulang. Pengisi ulang cocok untuk semua stop kontak listrik internasional dan mudah digunakan. Baterai ini dapat hidup selama 10 hingga 12 jam dengan perkiraan usia operasi sekitar 3 tahun.

BabyBTE
Karena bayi dan anak-anak penerima implan rumah siput terus bertambah, konfigurasi penggunaan BabyBTE MED-EL didesain khusus untuk memenuhi kebutuhan khusus mereka. Keseluruhan prosesor terpasang pada pakaian bayi, tidak ada yang dikenakan pada telinga. BabyBTE tahan benturan dan memiliki Lampu Status yang memudahkan orang tua memeriksa prosesor berfungsi dengan benar.

ActiveWear
Saat berolah raga, fitness dan kegiatan enerjik lainnya, perlu dipertimbangkan untuk menjaga prosesor pembicaraan tetap aman. Solusi ActiveWear MED-EL memungkinkan seluruh prosesor terpasang pada pakaian sehingga tetap aman ditempatnya. Konfigurasi penggunaan ini juga aman dari kelembaban akibat keringat. Untuk olah raga yang membutuhkan helm, opsi ActiveWear memberikan kenyamanan karena mikrofon tidak tertutup dan helm tidak menyulitkan pendengaran.

Paket Baterai Anak-anak
Pilihan penggunaan Paket Baterai Anak-anak menggabungkan keuntungan mengenakan prosesor pada telinga dan keamanan pemasangan baterai pada pakaian. Untuk anak kecil, konfigurasi ini ideal karena hanya mengenakan unit kontrol yang kecil dan sangat ringan (4g) pada telinganya. Paket baterai dipasang secara aman pada kerah atau bagian pakaian lainnya. Jika unit kontrol terlepas dari telinga saat anak bermain, paket baterai yang terpasang erat memastikan bahwa prosesor tidak akan jatuh ke tanah atau hilang.

Paket Baterai Remote
Paket Baterai Remote (RBP) memungkinkan Anda menggunakan satu baterai AA, baik isi ulang ataupun sekali pakai, untuk mengaktifkan prosesor. RBP dilengkapi dengan tiga buah baterai isi ulang dan satu pengisi baterai termasuk dalam RBP. Paket Baterai Remote juga dilengkapi dengan input jack agar mudah dikoneksikan dengan sistem FM dan perangkat audio berbaterai, seperti pemutar MP3. RBP dapat ditempatkan dengan aman pada ikat pinggang atau di dalam saku.

Implantasi Rumah Siput Bilateral

Implantasi Rumah Siput bilateral adalah implantasi pada kedua sisi, atau penggunaan dua implan rumah siput. Keuntungan implan pendengaran bilateral untuk perkembangan anak yang mengalami gangguan pendengaran ditunjukkan dalam sejumlah studi klinis.1,2,3 Studi tersebut menunjukkan bahwa beberapa anak memperoleh manfaat yang unik dari implantasi rumah siput bilateral yang dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan mendengar, seperti lokalisasi bunyi, selama masa pembelajaran memperoleh bahasa.
  Banyak orang tua melaporkan bahwa setelah menerima implan kedua, anak mereka mampu berkonsentrasi di sekolah dengan lebih baik. Orang tua lainnya melaporkan bahwa anak mereka mampu melokalisasi bunyi dengan lebih baik, seperti mengidentifikasi sumber bunyi. Hasil studi klinis mendukung kesimpulan ini. Contohnya, perilaku komunikasi terlihat meningkat di antara anak-anak yang menerima implan kedua. Anak-anak tersebut menunjukkan pemahaman yang lebih baik terhadap kata-kata lisan, dan secara signifikan memahami pembicaraan di tengah kebisingan dengan lebih baik saat menggunakan kedua implan.4 Selain itu, anak-anak yang menerima implan bilateral menunjukkan keterampilan mendengar lebih baik dalam situasi mendengar yang lebih menantang.5

Informasi lebih banyak tentang implantasi rumah siput bilateral tersedia di website ini. Selain itu, MED-EL telah menerbitkan brosur yang memberi gambaran keuntungan implantasi rumah siput bilateral.
  1. Sharma, A., Dorman, M. F., Kral, A. (2005). The influence of a sensitivity period on central auditory development in children with unilateral and bilateral cochlear implants. Hearing Research, 203, 134-143.
  2. Sharma, A., Gilley, P., Martin, K., Roland, P., Bauer, P., Dorman, M. Simultaneous versus sequential bilateral implantation in young children: Effects on central auditory system development and plasticity. Audiological Medicine, 5(4), 218-223.
  3. Sharma, A., and Dorman, M. Central Auditory Development in Children with Cochlear Implants: Clinical Implications. Advances in Otorhinolaryngology. Vol 64. Basel: Karger pp 66-88.
  4. Kühn-Inacker, H., Shehata-Dieler, W., Müller, J., Helms, J. (2004). Bilateral cochlear implants: a way to optimize auditory perception abilities in deaf children? International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology, 68, 1257-1266.
  5. Litovsky, R., Johnstone, P., Godar, S., Agrawal, S., Parkinson, A., Peters, R., Lake, J. (2006). Bilateral cochlear implants in children: Localisation acuity measured with minimum audible angle. Ear and Hearing, 27, 43-59.

Hear Life

Menikmati Musik, Terlibat dalam Percakapan,
Menggunakan Telepon

Selamat datang. Mendengar memungkinkan orang untuk tidak hanya menangkap bunyi namun juga terlibat aktif dalam percakapan. Seperti disampaikan dalam percakapan, kata-kata menghubungkan seseorang dengan orang-orang lain di sekitarnya. Bagi orang yang mengalami gangguan pendengaran, penangkapan bunyi yang terbatas menghalangi mereka berkomunikasi, yang sering mengakibatkan mereka terkucil dan merasa tidak puas.

Jika Anda atau orang yang Anda kasihi mengalami gangguang pendengaran berat sampai sangat berat, Sistem Implan Rumah Siput MAESTRO™ dari MED‑EL dapat menjadi solusi yang efektif. Sistem implan rumah siput adalah pilihan medis bagi seseorang yang mengalami gangguan pendengaran berat sampai sangat berat. Untuk orang dengan tipe gangguan pendengaran seperti ini, alat bantu dengar hanya sedikit atau tidak membantu sama sekali.

Sistem Implan Rumah Siput secara langsung merangsang serat saraf koklea. Saraf auditori mengirim sinyal ini ke otak yang menerima sinyal ini sebagai bunyi. Implan Rumah Siput merupakan pengganti pertama indera manusia, yakni indera pendengaran.

Pengguna memilih MAESTRO karena MAESTRO menawarkan pengalaman mendengar yang luar biasa dalam situasi nyata. 
 Sistem ini memiliki fitur yang dioptimalkan dalam menikmati musik dan mendengar dalam situasi yang sulit.
MAESTRO Cochlear Implant System

kisah nyata

Satu mata memperhatiikan air mendidih pada panci dan satu lagi pada anak laki-lakinya, Andrea menyetel pengatur waktu memasak. Lukas, setengah tahun dan mengenakan popok, tidur di ayunannya di atas meja dapur.


Ketika pengatur waktu berbunyi, Andrea langsung mematikan bunyi keras yang menandakan makan malam akan segera siap tersebut. Saat itulah ia dan suaminya menyadari ada sesuatu yang tidak’ beres.
“Saya sangat kaget mendengar bunyi pengatur waktu itu, tetapi Lukas tidak’ bereaksi sama sekali,” kata Andrea.
Ia dan suaminya Achim dengan cepat mengambil tindakan. Setelah mengunjungi dokter anak mereka dan mendapat rujukan kepada spesialis, pasangan tersebut mendapat kabar yang memastikan kecurigaan mereka. Lukas mengalami gangguan pendengaran serius yang dapat menyebabkan ketulian total.
“Saya rasa saya tidak’ dapat membayangkan selain apa yang akan terjadi setelah mengetahui Lukas tidak’ mendengar bunyi pengatur waktu itu,” kata Achim. “Jika kami memahami seriusnya situasi saat, saya tidak percaya kami dapat yakin masalah ini dapat kami pecahkan”
Apa yang dapat dilakukan Lukas adalah suatu keajaiban. Walaupun didiagnosid mengalami gangguan pendengaran parah pada usia enam bulan, Lukas mampu memainkan dan menampilkan musik
“Ia dapat melakukan hal yang tidak semua anak seusianya dapat lakukan. Berkat Cl, ’hal ini tidak mustahil,” kata Peter, guru musik Lukas’.
Peter mengajar Lukas bermain kibor selama lebih dari enam tahun. Ia mengatakan bahwa Lukas diakui rekan-rekannya atas kemampuannya menguasai alat musik. Bagi Lukas, musik adalah bentuk ekspresi dan pelarian.
“Saya rasa musik benar-benar penting dalam hidup saya. Musik membantu saya rileks dan tenang,” kata Lukas. “Saya benar-benar senang mendengarkan dan memainkan musik.”
Lukas mengikuti les private sejak ia berusia 9 tahun. Awalnya ia bertanya pada orang tuanya apakah ia boleh belajar bermain piano, tetapi ternyata kibor lebih cocok baginya. Lukas menyukai “tombol tambahan, program dan elektronik.” Guru musiknya menilai mengajar Lukas merupakan tantangan yang luar biasa dan ia ingin ambil bagian. Selama masa remajanya, kibor telah membantu Lukas mengekspresikan dirinya.

Saturday, March 23, 2013

perpeftif ortu

Anak adalah buah kasih ayah dan bundanya. Anak juga adalah titipan dari Yang Maha Kuasa. Kepadanya masa depan kita titipkan. Selalu memberi yang terbaik adalah selalu menjadi motto kita, agar dia juga dapat menjadi yang terbaik.
 
Namun terkadang sesuatu berjalan tidak seperti yang kita harapkan. Tatkala ibu mengandung si buyung atau si upik, kemudian mengalami gangguan yang tak dimengerti dari mana datangnya, yang kemudian barakibat tumbuh kembang si anak terganggu. Ataupun tatkala kesehatan ibu hamil prima pun, hal tersebut bisa saja tetap terjadi.
Mempunyai anak dengan kondisi yang tidak biasa (misalnya cacat atau gangguan lainnya) dapat dipandang dari berbagai sudut :

- sebagai suatu musibah yang memalukan keluarga
- menyesali keadaan/nasib/menyalahkan Tuhan
- beranggapan pesimis mempunyai anak yang lemah
- berkeyakinan diri dan berpandangan optimis si anak sama dengan anak normal lainnya

Cara pandang 1 dan 2 tidak akan menyelesaikan masalah, dan orang tua akan menjadi pasif dan tidak membantu permasalahan anak.
Cara pandang 3 memang membantu anak namun dengan sikap yang terlalu protektif sehingga anak menjadi tergantung pada orang tua.
Cara pandang 4 mempunyai sisi positif karena berbekal mental yang kuat dari orang tua maka anak juga lebih pede. Namun mempunyai kelemahan juga karena sebenarnya anak tersebut tidak sama dengan anak lainnya, sehingga jika anak tidak dibantu anak tidak akan berkembang.

Jadi harus mempunyai sikap yang bagaimanakah?
Saya ingin berbagi pengalaman tentang bagaimana saya dan keluarga menjalani masa tumbuh kembang buah hati kami, terutama bagaimana menjalani dan akhirnya berhasil melewati masa kritisnya, yaitu dari tidak mendengar menjadi mendengar, dari tidak berbicara menjadi berbicara.

Ellen adalah putri sulung kami. Selama masa kehamilan saya, tidak ada masalah serius dan hasil tes TORCH dinyatakan bersih, hanya timbul asma pada bulan ke-4 dan sempat dirawat inap selama 3 hari. Namun semua obat dinyatakan aman untuk janin dan efek asma itu sendiri tidak dinyatakan dapat berakibat serius pada janin. 

Dan dia lahir sehat melalui operasi caesar yang berjalan lancar. Kemudian dia bertumbuh kembang sebagai balita yang lucu dan menggemaskan. Kami baru merasa ada sesuatu yang tidak beres sewaktu usianya menginjak satu tahun, waktu itu dia belum juga berbicara. Padahal sudah mengoceh dari usia 6 bulan, walau memang sangat sedikit variasi ocehan bayinya. 1)

Ketuliannya baru kami ketahui saat dia berumur 2 tahun lebih. Kami sadar memang kami kurang cermat dalam memantau tumbuh kembangnya terutama dalam hal mendengar dan wicaranya selama 2 tahun pertama tersebut. Namun yang kami alami selanjutnya adalah kurangnya informasi dan sarana yang memadai untuk menindaklanjuti setelah ditemukannya masalah tersebut. Mulai dari kurang dapat diandalkannya hasil tes BERA2) di beberapa rumah sakit yang kami datangi (hasil yang berbeda-beda), juga sedikitnya informasi mengenai tempat dan cara terapi yang benar. Sehingga kami harus kesana-kemari mencoba-coba, juga sempat mengalami tertipu.3)

Akhirnya kami berada di jalur yang benar saat dia berusia + 4,5 tahun, yang sebenarnya sudah agak terlambat untuk ditangani. Karena usia emas tumbuh kembang balita adalah sampai dengan 5 tahun. Namun masih ada sedikit waktu sehingga harus dikejar dan digunakan semaksimal mungkin. Hasil tes pendengaran yang benar akhirnya kami peroleh dari sebuah rumah sakit pemerintah di Singapura. Kemudian Ellen memakai alat bantu dengar yang baru yang sudah berteknologi, sehingga mampu untuk mendengar suara dengan jernih. Saya pun meninggalkan pekerjaan yang selama ini cukup berarti bagi keluarga demi membantunya mengejar apa yang tidak dimilikinya selama ini, yaitu bahasa verbal untuk berkomunikasi.
Lalu saya mengajarinya kata demi kata dalam program belajar yang saya susun sendiri, melalui gambar dan permainan yang menarik bahkan kadang-kadang harus heboh, karena dia sudah besar dan mempunyai energi yang berlebih.4) 

Kemudian setelah genap satu tahun masa kami belajar bersama, muncullah kata-kata pertamanya. Yang bagi saya ini adalah pengalaman yang sangat luar biasa. Melahirkan sukacita dan syukur, tentunya. Dan terus kata demi kata mengalir dari perbendaharaan katanya yang telah dimilikinya selama satu tahun tersebut. Mulai dari anggota keluarga, nama-nama binatang, kata kerja sehari-hari, warna, angka, sampai nama-nama tokoh kartun favoritnya. Tentu dengan kejelasan pengucapan yang masih sangat terbatas.
Hal luar biasa yang kami alami berikutnya adalah dia diberi kesempatan oleh sebuah sekolah umum swasta yang baik di kawasan tempat kami tinggal, untuk bersekolah bersama-sama dengan anak normal lainnya.
Saat ini usianya sekitar 7,5 th, sudah bisa bercerita, bercanda, juga memarahi adiknya (dalam bercerita kadang susunan katanya masih terbalik-balik, juga menyanyinya masih dalam bahasa planet.) Pelajaran inti di sekolah yaitu membaca, menulis dan berhitung sudah mulai dia kuasai. Sedangkan pelajaran untuk bahasa lain seperti Inggris dan Mandarin tetap dia ikuti tetapi tidak kami paksakan untuk harus dia kuasai.
Pekerjaan kami belumlah selesai, namun bisa dikatakan bahwa kami sudah boleh menikmati hasil dari apa yang kami tanam selama ini. Memang benar kalimat bijak yang mengatakan : 

Those who sow in tears will reap with joy5)
 (“Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai”).

Apa yang dapat saya intisarikan dari pengalaman saya di atas adalah bahwa kami memilih untuk berpandangan bahwa kehadiran putri kami di tengah-tengah kami adalah suatu anugerah, dan ketuliannya adalah suatu pekerjaan yang Tuhan percayakan untuk kami kelola.
Suatu perumpamaan.

Jika atasan di tempat di mana saya bekerja memberi suatu tugas tambahan di luar job desk rutin kepada saya, dengan pertimbangan bahwa saya sudah pernah mendapatkan training tentang hal tersebut sebelumnya, dan tugas tersebut akan melatih saya sehingga akan meningkatkan kapabilitas saya, maka sebagai karyawan pada umumnya saya akan sulit untuk menolak tugas tersebut. Ditambah lagi bahwa dia berjanji akan selalu memantau dan siap memberikan bantuan kapan pun saya perlukan. Mungkin saya akan bertambah bersemangat jika memikirkan akan adanya kemungkinan promosi jabatan atau reward di baliknya. Namun tanpa imbalan apapun, seorang bawahan sepatutnyalah tetap mengerjakan tugas yang dibebankan kepadanya.

Keterangan :
  1. Ellen pada usia 6 bulan hanya mengoceh ‘ya ya ya …, wah, ah, ah’. Sementara adiknya yang normal dari umur 1 bulan sudah mengoceh ‘gu, keh, hu, he eh’, dll dan terus bertambah setiap bulannya. Kemampuan mendengar bayi normal juga sudah terlihat sejak minggu-minggu pertama. Bagaimana mimik menyimaknya ketika diajak berbicara, lalu menangis kalau mendengar suara ibunya (tidak saya temui dengan Ellen dulu).
  2. BERA adalah suatu jenis tes pendengaran, untuk mengetahui berapa tingkat desibel atau seberapa keras bunyi yang bisa didengar. Hasil tes Ellen di RS di Jakarta menyatakan telinga kanan tuli berat (80 dB) dan telinga kiri hampir total (100 dB lebih). Hasil di Singapura menyatakan bahwa tingkat ketulian Ellen di atas itu atau lebih berat lagi (yaitu telinga kanan 90 dB dan telinga kiri di atas 110 dB). Sehingga alat bantu dengar yang telah ia pakai selama setahun sebelum tes ke Singapura tidak memberikan hasil. (Alat bantu dengar dipilih disesuaikan dengan hasil tesnya, seperti memilih kacamata harus tepat minus atau plus berapa).
  3. Kami pernah menggunakan jasa terapis wicara yang datang ke rumah. Dari segi kemampuan dia memang bagus dan terlihat profesional, jadi ketika dia meminta kami untuk membayar di muka sebesar Rp 2 juta kami tidak keberatan, mungkin dia ingin komitmen kami. Ternyata baru setengah jalan dia menghilang, kalau kami hubungi selalu beralasan berhalangan (belakangan kami mendapat info bahwa dia memang sudah terkenal seperti itu). Juga ada yang berupa yayasan yang sebenarnya kurang bermutu, menerapkan sistem temuannya sendiri yang belum teruji. Dengan diagnosa asal-asalan, semua anak yang berontak saat diobservasi dibilang autis. Bagaimana anak tidak berontak, begitu ketemu langsung kepalanya ditekan-tekan (katanya untuk melihat kranio sakral, entah apa itu sebenarnya).
  4. Anak normal tidak memerlukan pelajaran khusus untuk berbicara. Karena telinganya dapat menangkap semua pembicaraan yang berada di sekitarnya, lalu merekamnya, dan suatu saat akan mengucapkannya sendiri. Dan saat proses tersebut berlangsung, gerak tubuhnya masih terbatas (usia 0-12 bulan), dia belum bisa berlari, melompat, memanjat, dan lingkup dunianya pun masih sempit, yaitu sebatas keliling rumah setinggi dirinya dan sedikit dunia luar. Sementara anak kami yang 4,5 tahun sudah berkembang wawasannya dan gerakan fisiknya, serta sudah mempunyai minat sendiri, tetapi kemampuan komunikasinya masih tertinggal di belakang. Sesuatu yang dia minati akan dia ikuti, yang tidak akan dia tolak.

ABD vs Cochlea Implant vs Terapies

Keywords: ABD, cochlea implant / implan koklea / CI / operasi rumah siput, terapi mendengar / auditori verbal, TAV / AVT, intervensi dini, habilitasi, terapi wicara, kemampuan verbal, tuna rungu

Pilih pakai alat bantu dengar (ABD) atau operasi rumah siput (cochlea implant, CI)?
Tentu saja soal kualitas ada perbedaan antara ABD vs CI. Tapi dalam kenyataannya ada hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan untuk pilih ABD atau CI — bukan semata-mata soal beaya. Dan rasanya memang tidak perlu mempertentangkan keduanya.
Saya pernah lihat anak tunarungu yang menjalani operasi CI tapi kemampuan verbalnya minim. Sebaliknya juga pernah ketemu anak CI yang kemampuan verbalnya mendekati anak normal. Katanya juga ada anak ABD yang kemampuan verbalnya sangat bagus, bahkan bisa berkomunikasi via telepon. Tentu saja juga banyak anak ABD yang kemampuan verbalnya minim.
Sama-sama pakai ABD, kemampuan verbalnya beda. Sama-sama operasi CI, kemampuan verbalnya juga beda. Jadi tampaknya faktor utama penentu kemampuan verbal anak tuna rungu bukan pada alat yang dipakai (ABD vs CI). Hal inipun diakui oleh beberapa terapis TAV dan orang tua anak CI.
Faktor yang lebih menentukan adalah terapi-nya. Pada umur berapa mulai pakai ABD (atau menjalani operasi CI), dan langsung diikuti terapi mendengar (TAV) yang ulet. (Ada yang menggunakan istilah: intervensi dini dan habilitasi.)
Mengapa intervensi dini sangat penting? Karena, kata penelitian, usia optimal untuk perkembangan kemampuan audiologi seorang manusia ada batasnya, hanya kira-kira sampai usia 5-6 tahun — berbeda dengan kemampuan intelektual yang masih berkembang sampai usia dua puluhan (kan banyak orang kuliah).
Dan mengapa terapi/habilitasi sangat penting? Karena anak tunarungu (sejak lahir) sama sekali belum pernah mendengar. Kalaupun sekarang bisa mendengar (entah karena pakai ABD atau CI), bukan berarti ia langsung mengerti apa yang didengarnya. Ia harus dilatih untuk mengenali, membedakan dan memahami suara yang didengarnya, hingga selanjutnya bisa mengucapkannya — begitu prinsip dasar terapi mendengar. (Dan jika perlu dibantu terapi wicara untuk pengucapannya)
Jadi, pilih pakai ABD atau CI? Pilih terapi yang bagus! (by: papa Ellen)

terapi

Keywords: terapis, terapi wicara, tuna rungu, autis, pasca stroke, terapi mendengar, gangguan bicara, gangguan pendengaran
Gangguan bicara bisa dibedakan pada tuna rungu (karena gangguan pendengaran) dan pada non tuna rungu (karena sebab lain seperti autis dan stroke).
Anak autis misalnya, walaupun ada gangguan bicara tetapi sebenarnya bisa mendengar. Walaupun tidak/belum bicara tetapi proses pemasukan kosa kata melalui telinga terus berlangsung sejak masih bayi. Kemungkinan besar ia mengerti apa yang didengarnya, hanya saja perlu bantuan untuk bisa berbicara dengan baik. Dalam hal ini peran terapis adalah melatih si anak berkonsentrasi, memperkenalkan prinsip-prinsip berkomunikasi (misal lewat permainan gantian/giliran) dan melatih berbicara (termasuk pengucapannya).
Pada orang yang pasca stroke dan mengalami gangguan bicara, peran terapis lebih ke membantu untuk kembali bisa mengucapkan kata-kata dengan jelas. Di sini penderita tidak perlu diajarkan prinsip berkomunikasi verbal karena ia bahkan sudah pernah melakukannnya.
Walaupun agak berbeda dengan kasus autis, keduanya mempunyai kesamaan yaitu bisa mendengar. Artinya proses ‘input’ bagus, tetapi karena suatu gangguan menyebabkan ‘output’nya bermasalah.
Pada anak tuna rungu, ‘output’nya bermasalah justru karena gangguan pada ‘input’. (Note: sepanjang tidak mengalami gangguan lain selain pendengaran, alias bukan dobel handicap.)
Memanfaatkan sisa pendengaran yang ada, dengan ABD gangguan pada input itu dikurangi semaksimal mungkin sehingga si anak bisa mendengar dengan lebih baik (walau tidak sempurna). Tapi tak jarang kita jumpai terapis wicara yang bahkan tidak tahu anak kita bisa mendengar dengan bantuan ABD, sehingga cara terapinya sepenuhnya mengandalkan gerak bibir. Bagi sebagian orang tua yang memilih metode terapi wicara mungkin tidak masalah.
Tetapi bagi kami yang menerapkan terapi terpadu (mendengar + wicara), kami lebih prefer pemasukan kosa kata alias ‘input’nya yang utama melalui telinga (bukan melihat gerak bibir) sementara terapi wicara untuk membantu output yaitu pengucapan kata-kata yang si anak sudah mengerti tapi kesulitan mengucapkannya (Plus pada saat awal memperkenalkan prinsip berkomunikasi, karena saat itu kalau ada orang yang ngajak bicara, Ellen masih cenderung menirukan, bukan gantian bicara).
Dalam hal ini terapis wicara minimal harus tahu bahwa si anak bisa mendengar. Selanjutnya kami juga perlu sharingkan prinsip-prinsip dasar terapi mendengar agar dia tahu kalau kami juga menjalankan terapi lain (secara lisan, pinjamkan artikel) serta model terapi terpadu yang kami hendak jalankan dengan bantuan dia.
Jika terapis wicara tidak tahu kalau si anak bisa mendengar, pada saat permainan gantian misalnya, ia akan memberi aba-aba “Ellen” “Ibu” “Ellen” “Ibu” dst dengan cara berteriak sambil meminta Ellen memperhatikan gerak bibirnya. Sementara dengan pendekatan terapi mendengar/TAV, aba-aba seperti itu dilakukan secara full verbal, jadi sekaligus untuk melatih si anak mengenali suara. (Note: bahkan di TAV si terapis menutupi mulutnya dengan tangan/kertas agar tidak terlihat gerak bibirnya, tetapi kami sendiri jarang begitu karena kadang Ellen malah ikut menutupi mulutnya; kami lebih sering mengucapkannya dari samping/belakang.)
Dengan pemahaman sederhana bahwa si anak bisa mendengar, terapis wicara diharapkan tidak terlalu menuntut si anak melihat gerak bibirnya –kecuali tentunya pada saat belajar membentuk pengucapan yang benar.
Tidak mudah memang memperkenalkan metode ini ke terapis wicara yang biasanya beranggapan anak tuna rungu tidak bisa mendengar. Tetapi tidak sedikit juga yang bersikap terbuka dan bisa diajak bekerjasama membantu perkembangan si anak. (by: papa Ellen)

Terapi Terpadu untuk Anak Tuna Rungu

Keywords: terapi mendengar / terapi dengar, auditory verbal therapy / terapi auditori verbal, auditory oral therapy, AVT / TAV, terapi wicara, implan koklea / cochlea implant, alat bantu dengar / ABD, komunikasi, tunarungu

Banyak yang mau ditulis, tapi masih repot sama si baby. Tapi kemarin harus nulis buat pihak sekolah si kakak, jelasin beberapa hal. Ini menyangkut komunikasi si kakak, Ellen (6 tahun), yang tuna rungu tapi kami masukkan sekolah umum. Sekaligus berbagi informasi di sini, kalau-kalau berguna. Tulisan terkait akan menyusul (silakan lihat di Recent Posts).
Prinsip Dasar Terapi Ellen
(Terapi terpadu = terapi mendengar + terapi wicara)
1. Mendengar melalui telinga yang dibantu ABD, bukan karena melihat gerakan tangan atau gerakan mulut.
2. Keterbatasan si anak dalam merespon pembicaraan kita adalah karena belum mengerti kata/kalimat yang didengar (keterbatasan kosa kata, karena baru mulai mendengar selama 2 tahun), sehingga perlu dibantu dengan gambar/gerakan tangan. Tetapi bantuan inipun sifatnya hanya sesaat dalam rangka memasok kata baru, setelah kata tersebut dimengerti, bantuan visual dihilangkan.
3. Karena itu yang penting adalah memasok kosa kata ke telinga Ellen, tanpa menuntut dia segera/langsung dapat mengerti apalagi mengucapkan. John Tracy Clinic menuliskan: untuk dapat mengerti suatu kata si anak harus mendengar 100 kali, untuk dapat mengucapkan ia harus mendengar 1000 kali. Jadi sejak Ellen memakai ABD kami konsentrasi memasok dan memasok kata ke telinganya (saat bercakap-cakap normal, maupun saat spesifik mengajarkan kata-kata baru).
4. Teknik berbicara adalah dengan volume suara normal di dekat telinganya. Hal ini bertujuan agar suluruh konsonan dapat ditangkap. Bicara pada jarak yang lebih jauh dengan suara keras (berteriak) menyebabkan yang ditangkap hanya vokal saja.
5. Kami telah menerapkan point 1-4 selama 1 tahun dan telah terbukti menunjukkan hasil yang baik. Pada akhir tahun pertama, dia baru memiliki bahasa reseptif (paham beberapa kata yang kami ucapkan tanpa dia melihat gerak bibir, tapi dia belum bisa mengucapkannya), lalu setelah itu mulai muncul kata-kata pertamanya (walau pengucapan tidak sempurna, tetapi konsisten), dan langsung disusul dengan kata-kata berikutnya. Metode ini biasa disebut teknik auditory verbal. Ini yang kami terapkan…
6. Kendala yang muncul adalah pengucapan yang masih sangat lemah, karena itulah atas saran John Tracy Clinic kemudian Ellen dibantu terapi wicara (di suatu RS). Terapis wicara membantu membentuk pengucapan Ellen dengan teknik terapi wicara terhadap kata-kata yang sudah dimengerti Ellen tetapi belum bagus pengucapannya. Walaupun hanya 4 bulan (terpaksa quit karena tidak tertampung jadwal baru mereka yang hanya pagi–siang), pola ini telah menunjukkan hasil yang menggembirakan. Metode auditory verbal + terapi wicara ini biasa disebut auditory oral. Ini yang kami lanjut-terapkan saat ini (dengan bantuan terapis wicara di sekolah).
Catatan:
- Penelitian modern menyatakan hampir semua anak tuna rungu masih punya sisa pendengaran (tidak 100% tuli). Sisa pendengaran ini dapat dioptimalkan dengan bantuan alat bantu dengar (ABD, walaupun tidak secanggih implan koklea).
- Tetapi memakai ABD tidak sama dengan orang memakai kaca mata, yang langsung bisa melihat dengan lebih jelas. Karena respon atas stimuli visual adalah langsung, sedangkan respon atas stimuli auditori adalah melalui tahap pemahaman/interpretasi dulu. Untuk mencapai tahap pemahaman yang penting adalah harus sering mendengar dan mendengar, dengan pengucapan yang jelas, kalimat pendek, dan jika perlu disertai bantuan visual: gambar & gerakan tangan (kadang tanpa bantuan akan sulit anak memahami kata-kata baru, mirip kita nonton film berbahasa asing dimana kita mendengar pemain berbicara cas-cis-cus tanpa kita menangkap artinya). Tetapi bantuan itu perlahan dihilangkan, sehingga nantinya hanya akan berkomunikasi secara verbal. (by: mama Ellen, edited by papa Ellen)

insinyur ku

RACHMITA, SEORANG TUNARUNGU YANG MERAIH GELAR INSINYUR

Industri/Profesi
Yayasan Tuna Rungu Sejahtera Jiwa Raga (SEHIJRA)/Ketua Yayasan
Subyek Penghargaan

Solusi terhadap kemandirian tuna rungu dengan memberikan pelatihan keterampilan.

seorang pejuang tuna rungu
Rachmita Maun Harahap (Mita) adalah anak ke empat dari enam bersaudara dari pasangan Masniari Siregar (61) dan Ali Panangaran Harahap (71). Empat anak pasangan mereka (termasuk Mita) menyandang tuna rungu, cacat sejak lahir. Dua anak lainnya normal. Mita lahir di Padang Sidempuan, Sumbar.

Meski tunarungu sejak lahir, tidak menghalangi Mita untuk berprestasi di sekolah normal. Mita berhasil lulus di SDN Kertajaya 10 dan SMPN 6 surabaya -- saat itu merupakan sekolah favorit -- dengan nilai memuaskan. Begitu juga dapat melewati SMU 1 Serang dengan nilai gemilang. Bahkan semasa SMU, mita ikut berbagai kegiatan ekstrakulikuler seperti tennis dan marching band. Ketika itu Mita terpilih bsebagai mayoret terbaik di Kota Serang. Lulus SMU, mita ikut ujian UMPTN targetnya UI atau ITB. Namun, karena usahanya gagal, akhirnya ia memutuskan untuk kuliah di di Univ. Mercubuana mengambil jurusan teknik arsitektur. Mita berhasil lulus dari Univ. Mercubuana dalam waktu 4,5 tahun dengan predikat cum laude. Dengan meraih prestasi tersebut membawa Mita mendapatkan beasiswa dari Bapak Probosutedjo (Ketua Yayasan Menara Bhakti) untuk melanjutkan studi program Magister Seni Rupa dan Desain, ITB.

Setelah meraih S2,Mita kembali ke Univ. Mercubuana. Pada tahun 2000 statusnya sebagai karyawan kontrak di Bag. Perancang Pengawasan dan Penataan Fasilitas Gedung dan Ruangan Kampus sambil menjadi dosen Tidak Tetap Jur. Teknik Arsitektur. Sejak Oktober 2005 statusnya menjadi karyawan tetap Bag. Workshop Desain Interior Fak. Teknik Sipil dan Perencanaan. Perjuangan menjadi karyawan tetap diraihnya dengan usaha keras karena saat itu pengangkatannya terhalang kondisi penyandang cacat.

Tidak semua penyandang cacat dapat seberuntung Mita. Masih ada puluhan juta penyandang cacat yang hidup dalam keterpurukan, kesulitan memperoleh lapangan pekerjaan dan mereka juga terdiskriminasi dalam berbagai kehidupan yang lain. Didorong pengalamannya yang susah menjadi karyawan tetap, Mita terjun dalam berbagai kegiatan sosial khususnya bagi penyandang cacat (penca). Kegiatan ini sudah dimulai sejak tahun 1991. Belakangan, 5 Desember 2001 Mita mendirikan dan kemudian menjadi ketua Yayasan Sehat Jiwa dan Raga atau disingkat SEHJIRA.

Modal awal saat itu atas pemberian dari orang tua Mita sebesar Rp 5 juta dan digunakan untuk membeli komputer dan pembuatan akte notaris. Tempat kegiatan masih di tempat tinggal orang tua. Setelah Mita bekerja di Universitas Mercubuana, penghasilannya digunakan untuk membiayai kegiatan yayasan. Selain itu, dia juga pernah menjadi peserta Superdeal (ANTV) dan mendapat hadiah Rp 8 juta dan uang tersebut digunakan untuk mengontrak rumah untuk kegiatan yayasan. Yayasan ini juga didukung oleh PPCI (Persatuan Penyandang Cacat Indonesia), sekolah SLB di Jakarta yang memberikan pelatihan kemandirian penca, Al-azhar peduli umat dalam bantuan fasilitas komputer.

Kegiatan utama SEHJIRA adalah:
  1.   Menggalang pengadaan dana
  2.   Menyediakan informasi tentang pendidikan dan lapangan kerja
  3.   Memberikan beasiswa kepada anak-anak dari keluarga kurang mampu
  4.   Pelatihan kemandirian remaja tuna rungu untuk dapat mengaktualisasikan diri dengan cara yang positif
  5.   Penyaluran tenaga kerja tuna rungu yang belum bekerja
  6.   Melatih keterampilan menjahit dan membuat kue bagi remaja tuna rungu
  7.   Menerima pekerjaan menjahit dari perusahaan konveksi yang dikerjakan oleh anggota tuna rungu
  8.   Pengenalan bahasa isyarat (American Sign Language), mengaji dan kursus komputer

Pada awalnya (2001) baru 20 orang penca, sampai saat ini sudah ada 223 penca yang seluruhnya berasal dari wilayah Jabodetabek yang sudah ikut dalam program SEHJIRA. Hasil yang mereka raih, diantaranya 10 orang dari mereka sudah bisa menjahit. Dari keterampilan menjahit, mereka sudah membuka usaha sendiri di rumah dan juga sudah bekerja di perusahaan garmen. Salah satu dari mereka meraih prestasi menjadi juara pertama lomba membuat jas tingkat nasional. Selain keahlian menjahit, 8 penca lainnya sudha bekerja di bagian marketing, auditing, keuangan, administrasi dan juga sebagai supir. Keahlian lain sekitar 13 orang sudah bisa komputer, 7 orang sudah bisa bahasa isyarat dan 13 orang sudah diterima di sekolah SMP umum.

Harapan Mita ingin mendirikan sekolah dari mulai tingkat TK sampai universitas untuk tunarungu. Keinginan ini tiada lain karena ingin mewujudkan kesamaan dan kesempatan bagi penca agar dapat mengisi segala aspek kehidupan dan penghidupan.
Untuk Menghubungi

Taman Pendidikan No. 1 Cilandak Barat,
Jaksel
021.7305364

Masniari Siregar, Ibunda Empat Anak Tuna Rungu
Mengubah Keterbatasan Keempat Anaknya Menjadi Kesuksesan Melalui Kasih Sayang dan Doa
Memiliki anak tuna rungu bagi sebagian orang merupakan kekurangan yang harus ditutupi. Tapi berbeda halnya dengan Masniari. Ia justru lebih terdorong untuk mendidik dan memotivasi empat anaknya yang menderita tuna rungu untuk menggapai kesuksesan. Tekad itu pun berhasil berkat kerja keras yang dilakukannya bersama sang suami, Irwan Ibrahim. Bahkan salah satu diantaranya mampu meraih gelar S2 dengan keterbatasan yang dimilikinya. Bagaimana kisah sebenarnya?

Kamis (08/04) Sore, Realita menyambangi kediaman Masniari Siregar, seorang ibu yang memiliki empat orang anak menderita tuna rungu. Rumah Masniari Siregar terletak di perumahan Departeman Keuangan Karang Tengah, Tangerang, Banten. Rumahnya tak begitu besar, tapi nampak asri dengan beberapa pohon yang tertanam persis di depan bangunan rumah tersebut.

Sambutan hangat dari Masniari menyapa kedatangan Realita. Dengan penuh keramahan dan senyum khas, Masniari Siregar langsung mengajak Realita masuk ke dalam ruang tamu untuk berbagi cerita mengenai perjuangannya mengasuh dan mendidik anak-anaknya hingga meraih kesuksesan. Sambil duduk di atas sofa berwarna cokelat, Masniari pun mulai membuka obrolan dengan suasana yang cukup santai.

Wanita yang kerap disapa Masriani ini mengaku, bahwa memiliki anak adalah suatu anugerah tersendiri. Menurutnya, masih banyak perempuan yang sudah menikah bertahun-tahun namun tidak diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki anak. “Saya bersyukur bisa mempunyai anak,” ujarnya. Sejak menikah pada tahun 1942 dengan belahan jiwanya, Ali Panangaran Harahap (72) ia telah dikarunia 6 orang anak, yakni Barli Hakim harahap (43), Raja Muddin (42) Erwin Syarifuddin (40), Rachmita Maun (39), Linda Noura (37) dan Ade Nur Ima (35). Namun dari keenam anaknya hanya Raja Muddin dan Linda Noura yang normal. “Anak lainnya tuna rungu,” ungkapnya. Saat menikah, Masniari mengaku masih sangat muda yaitu berumur berumur 18 tahun sedangkan harahap berumur 28 tahun. Meski terpaut umur 10 tahun, hal tersebut tak membuat Masniari malu, “Cintalah yang menyakinkan saya untuk menikahinya,” cerita Masniari.

Mensyukuri Kekurangan Empat Anaknya. Meski mempunyai anak tuna rungu, Masniari tidak pernah menyesal telah melahirkan anak-anak tersebut. Baginya, anak adalah amanah yang harus dijaga meski memiliki kekurangan. Masniari juga tidak malu dan sakit hati ketika beberapa tetangga yang terkadang mencibirnya karena ia memiliki anak tunga rungu. “Kalau saya malu lalu bagimana dengan anak-anak saya, pasti mereka lebih tidak mempunyai kepercayaan diri lagi,” jelasnya. Masniari pun selalu membesarkan rasa kepercayaan diri anak-anaknya. Varanya adalah dengan mengatakan bahwa mereka anak yang normal seperti anak yang lain hanya saja kurang pendengaran dan susah untuk berbicara. “Saya selalu mengatakan demikian ketika anak-anak menanyakan kondisinya,” ujar Masniari. Sebagai seorang ibu yang memiliki empat orang tuna rungu tentunya membuat Masniari harus mendidik dengan ekstra keras. Pasalnya, kalau mereka dibiarkan, perkembangan anaknya tentu akan lambat. “Saya berbagi peran dengan suami, saya menjaga anak dan suami mencari uang,” terangnya. Suaminya sendiri bekerja di Departemen Keuangan.

Hampir setiap hari, Masniari selalu mendampingi keempat anaknya baik di sekolah maupun di rumah “Habis anak pulang sekolah, saya hampir tidak pernah keluar rumah untuk main ke tetangga. Waktu saya lebih banyak dihabiskan untuk menjaga anak-anak,” terangnya lagi. Kalau pun Masniari mau keluar biasanya ia pergi bersama suami dan anak-anaknya. Rutinitas kegiatannya tersebut diakui Masniari merupakan ungkapan kasih sayang dari dirinya dan suami. Melalui kasih sayang itulah, ia berharap perkembangan semua anak-anaknya mampu menampakkan keberhasilan di kemudian hari.

Masniari mengaku dalam mendidik anak-anaknya tidak pernah membeda-bedakan antara tuna rungu dan yang normal. “Bagi saya, semua anak sama saja. Jadi saya tidak pernah membeda-bedakan apalagi menganak-emaskan salah satu anak,” paparnya dengan logat batak yang sangat kental. Salah satu didikan yang ia terapkan kepada anak-anak adalah selalu displin dan bertanggung jawab terhadap berbagai macam tindakan yang dilakukan. Sejak kecil semua anak-anak sudah dibiasakan untuk bangun pagi dan sholat shubuh bersama. Setelah itu, mereka diharuskan untuk membersihkan dan merapikan tempat tidurnya masing-masing. “Yang paling bersih merapikan tempat tidur adalah Barli Hakim Harahap anak pertama,” kenangnya.
Budaya disiplin sengaja diterapkan oleh Masniari sejak dini, sebab menurutnya dengan menciptakan budaya disiplin sejak kecil maka akan membentuk karakter anak untuk bertanggung jawab dan mandiri ketika nanti dewasa.”Tidak selamanya saya hidup dengan anak-anak karena suatu saat anak-anak pasti akan hidup sendiri-sendiri dan berpisah dengan saya,” jelas Masniari. Selain itu, Masniari juga berharap kelak anak-anaknya tidak bergantung dengan orang lain karena memiliki kelemahan dalam pendengaran dan pengucapan.

Doa dan Kasih Sayang. Meski setiap hari Masniari selalu mendampingi anak-anaknya bukan berarti semua aktifitas dan kreatifitas anak-anaknya dibatasi. ”Saya tidak mengekang keinginan anak-anak, semua anak-anak saya bebaskan untuk menentukan jalannya masing-masing, karena mereka yang akan menjalani hidup”jelasnya. Seperti saat Rachmita Maun atau yang biasa disapa Mita ingin mengenyam pendidikan dasar di sekolah umum. Sebelumnya, Mita memang mengenyam pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB). Namun, ia kemudian memiliki keinginan untuk merasakan pendidikan di sekolah umum. Karena terus menerus merengek untuk bersekolah di sekolah umum, akhirnya keinginan Mita dikabulkan oleh Masniari. ”Kebetulan saya punya kenalan kepala sekolah jadi saya bisa memasukkan Mita di sekolah normal,” ujar nenek enam cucu ini. Mita sendiri mengaku ingin pindah karena merasa mampu untuk mengikuti pelajaran di sekolah umum. Setelah Mita masuk di sekolah umum, sang adik, Linda yang juga tuna runggu masuk di sekolah normal karena memiliki keinginan yang sama dengan Mita. Sedangkan dua kakaknya justru tidak mau masuk di sekolah normal. Meski tuna runggu, baik Mita maupun Linda bisa mengikuti pelajaran. Bahkan Mita selalu masuk dalam ranking sepuluh besar di kelasnya.

Selain mengajarkan budaya demokratis di tengah-tengah keluarga. Masniari juga sangat menekankan pendidikan kepada anak-anakanya, hampir semua anak-anaknya mengenyam bangku kuliah, kecuali Barli Hakim Harahap dan Erwin Syarifudin. Pasalnya, kedua kakak beradik tersebut tidak bersekolah di sekolah normal. Prestasi yang paling mengejutkan adalah Mita, anak keempatnya yang mampu melanjutkan pendidikannya hingga S2 di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan mengambil Jurusan Interior.

Hampir semua anak-anak Masniari mengalami kesuksesan, dalam menjalani hidup, baik yang tuna rungu maupun yang normal. Salah satu contohnya adalah Barli yang bekerja sebagai pengusaha kebun karet. Rajamudin, sebagai supervisor di sebuah perusahaan bernama PT. Eka Timur Raya di kota Malang, Jawa Timur. Erwin berprogesi sebagai staff marketing di salah satu perusahaan pelayaran. Sedangkan Mita, menekuni karir sebagai dosen sekaligus disain Interior serta Linda bekerja di perusahaan asuransi PT. Bina Griya Upakara. Yang terakhir, Ade bekerja sebagai wiraswasta dan memiliki usaha sendiri yang cukup menguntungkan. Kesuksesan yang diraih anak-anaknya tersebut tak lain dan tak bukan selain usaha anak-anaknya yang gigih untuk belajar, juga disertai doa yang tak pernah berhenti dipanjatkan dari ibunya. Tak hanya itu saja, didikan sang ibu yang mengajarkan kemandirian bagi anak-anaknya, meski sebagian diantaranya adalah tuna rungu. “Hampir setiap siang dan malam saya selalu mendoakan untuk kesuksesan anak-anak saya,” ungkapnya sembari menutup pembicaraan

Ingin Mendirikan Universitas Khusus Tuna Rungu
Rachmita Maun Harahap atau yang kerap disapa Mita ini terlahir mengalami kekurangan dalam pendengaran dan kesulitan untuk bicara. Meski demkian, Mita tidak pernah menyesali nasibnya tersebut. Ia justru bersyukur kepada Allah karena telah diberi kemampuan yang tidak dimiliki oleh orang normal lainnya. Bagi Mita, kedua orang tuanya sangat berarti dalam perjalanan hidupnya. Disaat masih kecil teman sekolah sempat mencelanya. Namun, kedua orang tuanya selalu menenangkan hati Mita. Ia pun disarankan untuk selau berbesar hati. Selain itu, kedua orang tuanya juga sangat menyayangi semua anak-anak, tak terkecuali bagi anak-anak tuna rungu. Mita juga sangat bersyukur memiliki orang tua yang sangat peduli sekali dengan pendidikan anak-anaknya ”Kalau orang tua saya tidak peduli dengan pendidikan kami, mungkin saya tidak seperti sekarang,” jelas suami Irwan Ibrahim ini.

Sebagai tuna runggu, tentunya Mita sangat memahami betul kesulitan-kesulitan orang yang senasib denganya. Apalagi di keluarganya sendiri ada tiga orang yang tuna rungu. Terdorong ingin membantu teman-teman sensibnya itu pada tanggal 5 desember 2001 lalu, ia mendirikan Yayasan SEHJIRA (Sehat Jiwa Raga). Yayasan ini bergerak dalam pelatihan dan pendidikan khusus untuk tuna rungu. Selain mendirikan Yayasan SEHJIRA, Mita juga memiliki obsesi lain yang sangat besar yaitu mendirikan universitas khusus tuna rungu. Sebab di Indonesia, belum ada universitas khusus untuk tuna rungu. Dalam waktu dekat ini, rencanaya ia juga akan mengambil gelar doktor di Luar negeri. “Saya ingin mengambil gelar doktor,” ungkap Mita tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Tentang penerima penghargaan

"Pelita Dalam rangka memperingati Hari Internasional Penyandang Cacat (Hipenca) di DKI Jakarta, Pemda DKI Jakarta melalui Dinas Sosial memberikan penghargaan kepada para penyandang cacat berprestasi.Pemberian Penghargaan disampaikan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta Prijanto diTMIl. Pemberian penghargaan tersebut diberikan kepada penyandang cacat berprestasi, dan non penyandang cacat secara perorangan, kelemba- gaan yang telah mengabdikan hidupnya bagi kepentingan kesejahteraan bagi penyandang cacat. Selain itu, bakti sosial pengobatan gratis, pemberian alat bantu penunjang fisik dan santunan uang serta bingkisan natural.Kepala Dinas Sosial DKI Jakarta Budihardjo mengatakan penyandang cacat berprestasi mendapat sertifikat penghargaan dari Gubernur DKI Jakarta, terbaik perorangan yakni Ir Rachmita Maun Harahap, ia adalah cacat Tuna Rungu berprestasi dibidang akademisi, pembicara dalam seminar-seminar dan seorang motivator. "

strata 2

Penyandang Tuna Rungu itu Kini S2

17 Maret 2006 12:31:23

Prestasinya memang tidak cumlaude, tapi semangat belajarnya untuk bisa meraih gelar strata dua (S2), patut diacungi jempol dan dicontoh. Apalagi dirinya termasuk penderita tuna rungu ringan, dimana ia mengalami gangguan pendengaran dan jika berbicara kurang jelas atau gagap. Itulah sosok Saprizul Kamil, wisudawan Program Pascarsarjana Teknik Ligkungan ITS yang mendapat beasiswa dari Departemen Pekerjaan Umum.

Prestasinya memang tidak cumlaude, tapi semangat belajarnya untuk bisa meraih gelar strata dua (S2), patut diacungi jempol dan dicontoh. Apalagi dirinya termasuk penderita tuna rungu ringan, dimana ia mengalami gangguan pendengaran dan jika berbicara kurang jelas atau gagap. Itulah sosok Saprizul Kamil, wisudawan Program Pascarsarjana Teknik Ligkungan ITS yang mendapat beasiswa dari Departemen Pekerjaan Umum.

“Saya menyadari akan kekurangan diri ini, tapi itu bukan berarti keinginan untuk terus belajar dan belajar jadi terhambat. Kalau ada kesempatan dan beasiswa lagi, saya masih ingin melanjutkan sampai ke program doktor,” kata Kamil saat ditemui Kamis siang (16/3) di Kampus ITS, bersama isteri dan seorang anaknya.

PNS dari Pemda Indramayu yang ditempatkan di Kantor Lingkungan Hidup ini mengakui, hambatan pendengaran dan komunikasi memang acapkali mengganggu proses ia menerima materi kuliah, tapi berkat hobi membaca yang sangat luar biasa pada dirinya, hambatan-hambatan itu pun seolah tak ada. “Kemauan saya untuk belajar memang besar, sehingga hambatan apa pun seringkali saya abaikan. Apalagi para dosen dalam memberikan materinya selalu dilengkapi dengan hand out lewat visualisasi, sehingga saya lebih mudah untuk mengerti,” kata ayah satu orang anak kelahiran Bandung, 11 April 1966 ini.

Diungkapkan Kamil, tunarungu yang ia alami itu, berawal ketika di usia balita ia terjatuh dari tempat tidur. Akibatnya pendengarannya terganggu sehingga akhirnya ia lambat dalam merespon pembicaraan orang. “Itulah sebabnya saat saya TK dan SD, orang tua memasukkan saya di sekolah SLB bagian B. Tapi setelah itu saya mencoba untuk melanjutkan ke SMP dan SMA umum. Karena saya ingin membuktikan kalau saya mampu,” kata alumnus SMA Negeri 9 Bandung ini.

Seusai SMA, Kamil pun melanjutkan ke Program Diploma Tiga Akademi Teknik Pekerjaan Umum Bandung, setelah itu ia alih jenjang ke Program S1 di Universitas Sahid, Jakarta, Jurusan Teknik Lingkungan, lulus tahun 1995. Sebelum diangkat menjadi PNS tahun 1997, ia pun menyempatkan diri pengikuti Program Diploma Satu Komputer. “Saya sangat menikmati belajar, karena itu apa pun hambatan yang mengganjal, termasuk kondisi saya yang masuk kategori penderita tuna rungu ringan, tidak saya hiraukan. Kalau ada kesempatan lagi saya ingin melanjutkan ke program doktor,” katanya.

Apa kunci suksesnya? “Untuk belajar orang seperti saya, dibutuhkan kemauan yang kuat dan tidak minder dengan siapa pun dan mau membaca. Karena modal utama dengan kondisi pendengaran yang mengalami gangguan, meski sudah dibantu alat, adalah membaca,” katanya.

Sayangnya, katanya menambahkan, orang-orang tunarungu malas untuk belajar membaca, sehingga selalu saja tertinggal jauh pengetahuannya dari orang normal. “Hal lainnya harus pandai-pandai beradaptasi dengan lingkungan. Ini penting, karena kalau kita minder akibat pengaruh lingkungan, maka nantinya akan menenggelamkan diri sendiri,” kata Kamil yang pernah aktif di Gerkatin (Gerakan untuk Kesejahteraan Tunarungu Indonesia).

Isteri dan Dosen Bangga

Bagaimana tanggapan sang Isteri, Nunung Setyawan, dengan prestasi yang telah diraih suaminya? “Sejak awal saya bangga dengan kelebihan yang dimiliki suami saya. Tidak sedikit pun saya minder berdampingan denganya, karena saya melihat kecerdasannya sangat luar biasa,” kata Nunung.

Diungkapkan ibu dari Azizah Zahra Kamillah ini, suaminya termasuk orang yang suka membaca, karena itu dalam waktu 1,5 tahun kuliah di ITS Surabaya, jumlah buku yang akan dikirim ke Bandung mencapai 3 kuintal lebih. “Dia orangnya memang suka membaca dan membeli buku. Di rumah tumpukan buku memenuhi sebagian dari luas rumahnya. Boleh dibilang gajinya hanya habis untuk keperluan membeli buku. Buku apa saja dari mulai buku agama, buku ekonomi dan sosial, termasuk buku dari ilmu yang diperdalamnya Teknik Lingkungan,” katanya.

Di mata sang isteri, Kamil termasuk suami yang sangat pengertian dan lemah lembut. Kelembutannya melebihi orang yang normal. “Umumnya orang tuna rungu itu tempramental dan mudah tersinggung, tapi dia tidak. Terhadap anak juga demikian sangat perhatian dan hati-hati dalam mendidik,” katanya.

Sedang di mata dosen pembimbingnya, Dr Yulinah Trihadiningrum, Kamil termasuk sosok yang memiliki kemauan belajar sangat luar biasa. “Di tengah keterbatasannya ia mau untuk mengganti proposal tesisnya yang memang dinilai tidak memenuhi syarat untuk peserta program beasiswa PU,” katanya.

Ia cukup memenuhi ekspektasi yang diinginkan pembimbing. Misalnya, ungkap Yulinah, saat diminta untuk mengganti judul skripsinya, dan ia harus menunjukkan bagaimana melakukan observasi ke objek yang akan diteliti, Kamil hadir di tengah-tengah kegiatan ibu-ibu PKK yang sedang melakukan pelatihan dan pembinaan, demikian juga ia sering hadir diantara para motivator-motivator untuk pengelolaan sampah di daerah Jambangan. “Sungguh dia seorang peneliti yang ulet, kemauannya keras, dan mencoba untuk berhasil di tengah keterbatasannya,” kata Yulinah yang mengaku untuk berkomunikasi dengannya lebih banyak menggunakan bahasa tangan dan gerakan bibir. Sekali lagi, kata Yulinah menambahkan, ia bangga dengan prestasi yang diperoleh Kamil. “Lebih bangga lagi ternyata dalam penguasaan bahasa Inggris-nya cukup baik. Ini terbukti ia bisa diwisuda dengan nilai TOEFL 477, sementara ada mahasiswa yang normal belum berhasil karena nilai TOEFL-nya tidak lulus,” kata Yulinah.

kisah Anggela

PRESTASI WANITA VENEZUELA

Saya lahir 21 Maret 1986, di Cumana, aku didefinisikan oleh ibuku malam seperti lagu cinta, terfokus, penuh kasih sayang dan sangat independen. Karakteristik keempat telah memungkinkan saya untuk membentuk kepribadian yang kokoh dan untuk alasan itu saya telah melampaui cacat pendengaran, yang tidak lagi merupakan halangan tetapi suatu kekuatan. Memuncak ketika para guru tingkat keenam dipanggil untuk ibuku dan mereka berkata kepadanya bahwa dia bisa belajar di sekolah tata bahasa yang normal. Gagasan takut kepadanya, bagaimana akan saya untuk mengembangkan, atau apa yang akan dilakukan jika mereka ditempatkan bersama dengan saya; luckyly mengalahkan rasa takut dan pengalaman yang menyenangkan dan dengan dukungan layanan dari Kementerian Pendidikan, menyarankan bahwa mereka untuk para profesor sehingga mereka tahu seperti mendistribusikan pengetahuan untuk saya, berhasil lulus ke saya sebagai sarana teknis di bidang Ilmu Komputer di Unit Educative Modest Silva. Aku tidak pernah suka untuk menempatkan kepada saya untuk mendengar aparatur Karena mereka dihasilkan sakit kepala kepada saya. Saya juga tidak pernah rajin untuk menggunakan bahasa klasik dari orang-orang tuli, Karena tidak menarik bagi saya. Saya lebih memilih untuk menciptakan bahasa sendiri, dengan yang saya telah dibuat sejak saya punya alasan mengerti menggunakan, terjadi melalui "gadis penakut. "Ini adalah bahwa orang tidak menyadari masalah saya sampai Anda sudah lama berkomunikasi dengan saya". Vanessa empat bulan yang lalu Memutuskan untuk menjadi duta besar # 1 dari Socieven, Deafblind Venezuela. "Ketika ia masih kecil aku berpikir bahwa ia tidak punya kesempatan untuk menjadi tuli, sekarang aku tahu bahwa dia tidak demikian. Aku tidak pernah membayangkan bahwa orang-orang buta dan tuli ada pada saat yang sama, karena alasan itu ingin memberikan pesan Paskah dan kepada para kerabat, yang ada kesempatan sehingga mereka juga pergi ke depan dan mereka berkomunikasi melalui bijaksana, menghormati alasan itu, saya mengagumi dan mendukung karya Socieven. "Exist Socieven duta dari banyak tokoh masyarakat, tapi Terutama Vanessa adalah karunia besar, Karena dia adalah seorang duta besar yang merupakan contoh sukses integrasi seperti orang cacat juga. Yang indah itu telah diketahui adalah bahwa hal itu telah menjadi hubungan konstan dan timbal balik kontribusi. Ini adalah dukungan seperti juru bicara dari penyebab Socieven deafblindness dan mencari cara untuk membayar kembali kepada-Nya, melakukan sebuah hadiah kepada-Nya pendengaran prostesis disumbangkan oleh koklea generasi terakhir Amerika, yang Full Version tertentu untuk mendengarkan suara, serta rehabilitasi sehingga sekarang dia belajar untuk mengasosiasikan suara ini, kami memfasilitasi seorang penerjemah waktu untuk menyelesaikan dia, yang memperkuat itu dalam sistem tanda dan masa depan untuk belajar membaca bibir. Mulai sekarang memiliki cara untuk communicational besar sempurna "tunggal karena dapat membaca dan menulis dengan tangan dengan sempurna apa yang dikatakan kepadanya. Hari yang lalu, Vanessa terhormat di kursi Dewan Kota Mayorship dari Baruta. The mata uang .. Berbagi dengan Vanessa Acara ini diselenggarakan sama sekali dengan Deafblind di Venezuela Untuk C. dan membiarkan tuli ratu untuk berbagi dengan Perwakilan berbagai lembaga yang membantu para penyandang cacat. Dunia berubah terus dan sekali lagi, Venezuela adalah pelopor fakta-fakta dengan Miss tuli pertama dalam sebuah kontes besar keindahan. Pada saat ini saya dalam persiapan untuk segera membagi keras untuk melewatkan hari untuk Internasional, sangat baik untuk mewakili negara saya dan harapan semua manusia dan mereka yang mendukung energi positif untuk dan untuk melakukannya atau membawa aku dan dengan demikian cofrog Tunjukkan kepada dunia bahwa orang-orang seperti saya dengan kondisi seperti pendengaran kita jika kita dapat all.At triufar saat ini saya alfrente dari yayasan saya Vanessa Peretti, yang bertanggung jawab untuk membantu Semua anak-anak dengan masalah pendengaran seperti aku. 

Untuk mendapatkan miss internasional merupakan salah satu prioritas saya untuk pergi sehingga untuk berhenti di nama negara saya dengan baik. Musik Hello my dear friends, saya ingin berbagi dengan Anda dalam hal ini. Tidak ada yang sebanding dengan sukacita menjadi Miss International adalah tidak mungkin kemiripan dengan kebesaran perasaan dan mewakili negara saya venezuela, dibandingkan dengan 80 negara di Miss International, saya cukup beruntung berada di sana, untuk bertemu banyak orang dan bahwa aku tahu, mata dunia diletakkan di Venezuela karena tidak ada keraguan untuk yang kedua datang dari Miss Venezuela memiliki demikian selalu dan akan selalu menjadi seorang wanita siap untuk berhasil. Venezuela saya katakan padanya tidak akan ada yang menghentikan mimpi-mimpi, karena saya pergi ke Miss International adalah salah satu yang terbesar dan kenangan tak terlupakan dalam hidup saya adalah menarik dan memperkaya pengalaman, dimana persahabatan dengan banyak gadis dari semua benua, yang cinta dari keluarga dan dukungan tanpa syarat dari negara saya dan semua teman-temanku, cerah dan ceria malam itu di mana ada klasifikasi yang diharapkan oleh negara saya bahwa saya bisa sangat sedih, tapi di mana aku merasakan hal terbaik yang bisa terjadi ketika kita begitu jauh dari rumah yang kasih sayang dan solidaritas dari masing-masing dan setiap orang dari kalian ke arahku dia Vanessa Peretti venezuela Miss International 2006. Saya ingin mengucapkan terima kasih, terima kasih untuk mimpi Vanessa Peretti tetap hari ini lebih hidup dari sebelumnya. Venezuela Terima kasih untuk membuat saya begitu beruntung dan sangat bahagia. Aku akan selalu menjadi ratu dan temannya hari ini, besok dan selamanya. Aku cinta kalian semua. Yang berterima kasih kepada anda semua: Vanessa Peretti. Miss International venezuela 2006. -------------------------------------------------- --- Hello my dear friends, ingin berbagi dengan Anda dalam hal ini. Tidak ada yang membandingkan dengan kebahagiaan menjadi Miss International, kesamaan tidak mungkin dengan kebesaran merasa kepada saya dan mewakili negara saya Venezuela, di depan 80 negara di Miss International, aku mendapat keberuntungan bisa berada di sana , untuk tahu banyak orang Dan yang mereka tahu saya, mata dunia tertuju pada Venezuela Karena tidak ada keraguan maupun oleh kedua bahwa Miss yang selalu muncul dari Venezuela Malthus telah dan akan disiapkan oleh seorang wanita selalu menang. Untuk venezuela saya saya mengatakan bahwa tidak akan ada yang menghentikan mimpi-mimpi, untuk gaji saya pergi ke Miss Internasional padanya dia adalah salah satu kenangan besar dan tak terlupakan, tapi untuk hidup saya, adalah menarik dan memperkaya pengalaman, dimana persahabatan dari begitu banyak gadis-gadis dari semua benua, cinta dari keluarga dan dukungan tanpa syarat dari negara saya dan semua teman-temanku, diterangi dan bersorak malam di mana tidak ada menunggu klasifikasi negara saya dimana saya bisa sangat sedih, tetapi di mana saya merasa hal terbaik hal ini bisa terjadi dari kita ketika kita begitu jauh dari rumah yang kasih sayang dan solidaritas dari semua dan setiap salah satu dari kalian terhadap orang yang saya Vanessa Peretti Miss venezuela Internasional 2006. Maksud saya terima kasih kepada mereka, ribu terima kasih sehingga mimpi Vanessa Peretti tinggal lebih hidup hari ini daripada sebelumnya. Venezuela terima kasih untuk membuatku sangat beruntung dan sangat bahagia. Selalu saya akan para ratu dan temannya hari ini, besok dan selalu. Master untuk semua. Merasa yang telah bersyukur dari semua Anda: Vanessa Peretti. International Miss Venezuela 2006.